JAKARTA – Mantan anggota panel pemilihan calon presiden Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Hendardi menilai, kecil kemungkinan pengadilan akan menerima langkah aktivis antikorupsi yang ingin melindungi Mardani H Maming. Proses pengajuan Peninjauan Kembali (PK). 

“Kasus ini (kasus korupsi Mardani Maming) sudah ada di MA, kasasi sudah selesai, lalu ada permohonan PK, setahu saya amicus curiae jarang diterima pendapat di pengadilan. ,” ujarnya. Hendardi, Rabu, (30/10/2024).

CEO Cetera ini menambahkan, berdasarkan pengalamannya, banyak amicus briefs yang diajukan oleh banyak pihak dalam suatu perkara tidak diterima oleh pengadilan.

“Bahkan sering kali tidak dimasukkan sebagai pendapat hakim, jadi menurut saya semua itu tetap terserah pengadilan,” tutupnya.

Diketahui, Mardani H Maming terlibat kasus suap dan suap Rp 118 miliar untuk pengurusan Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT PCN.

Pada 10 Februari 2023, Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri (PN) Banjarmasin Kalimantan Selatan yang dipimpin Heru Kuntjoro memvonisnya dan memvonisnya 10 tahun penjara dan denda Rp500 juta. Selain itu, Mardani Maming juga wajib membayar ganti rugi sebesar 110.601.731.752 (Rp 110,6 miliar).

Merdani H Maming dan Ketua Jaksa KPK mengajukan banding atas putusan tersebut ke Pengadilan Tinggi Banjarmasin (PT). Kali ini jaksa KPK menang.

Hukuman penjara bagi pria tersebut ditingkatkan menjadi 12 tahun. Mardani H Maming pun tak terima, ia mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) namun ditolak.

(fmi)