JAKARTA – Tantangan di era digital semakin meningkat karena informasi sangat mudah tersebar dan diterima sebagai kebenaran. Oleh karena itu, generasi muda sebagai agen perubahan perlu memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, yaitu keterampilan analitis, keterampilan evaluasi dan bahkan berpikir kreatif.

Direktur Eksekutif Institut Leimena Matthew Ho mengatakan tantangan era digital semakin besar, karena begitu mudahnya menyebarkan dan menelan berita bohong, hoax, bahkan fitnah yang dapat memecah belah bangsa dan menimbulkan kebencian. bung

“Hanya modal saja, tidak dengan akal sehat, apalagi berpikir kritis,” ujarnya pada Webinar Internasional Literasi Keagamaan Antarbudaya dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang diadakan Yayasan Leimena bekerja sama dengan Maarif Fund, Jumat malam (25/ 10/2024).

Webinar bertajuk “Peran Pemuda di Era Digital dalam Memperkuat Kerja Sama Lintas Agama dan Budaya di Dunia yang Terpolarisasi” ini juga menghadirkan keynote speaker dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti.

Matthew mengatakan, pemuda tahun 1928 menunjukkan kemampuan berpikir yang luar biasa tinggi karena mampu mengidentifikasi dan menciptakan ide-ide besar yang dituangkan dalam Sumpah Pemuda.

Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang pada saat itu mudah terpecah belah dan saling berperang. Dengan keputusan Kongres Pemuda tersebut, para pemuda dan pemudi dari segala suku, agama, dan kepercayaan sepakat untuk menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia.

“Apakah setelah hampir seratus tahun, apakah kita menjadi lebih baik dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi ini? Atau justru malah turun dan mudah saling memprovokasi dan memusuhi? Atau apakah Anda terlibat dalam menyebarkan kebohongan dan menyebarkan kebencian?” kata Matthew.

Menurutnya, peran pendidikan sangat penting dalam membentuk kemampuan berpikir tingkat lanjut. Yayasan Leimena bersama Yayasan Maarif dan 30 lembaga lainnya telah menjalankan program literasi agama lintas budaya dimana guru dan tenaga pendidik lainnya diprioritaskan untuk mengembangkan keterampilannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis, evaluatif dan kreatif. guru. kapasitas.

Program literasi agama lintas budaya berfokus pada pengembangan keterampilan agar kita dapat mengatasi prasangka dan stereotip negatif kita terhadap orang-orang yang berbeda agama, kepercayaan atau bahkan budaya yang berbeda dengan kita.

“Pada akhirnya, kami berani dan dapat meningkatkan kerja sama dengan orang-orang yang berbeda ini, tanpa khawatir kehilangan identitas unik kami,” ujarnya.

“Inilah Bhinneka Tunggal Ika yang sesungguhnya. Berbeda namun tetap sendiri. “Sama, namun berbeda,” kata Matthew.

Direktur Eksekutif Maarif Foundation Andar Nubowo menambahkan, keteladanan Sumpah Pemuda tetap relevan untuk terus dipromosikan dan diwujudkan di dunia yang terpolarisasi. Invasi digital dan teknologi siber menjadi wahana bagi aktor-aktor tak bertanggung jawab untuk menyebarkan ujaran kebencian, berita bohong, dan hoaks yang memecah belah sentimen bangsa dan kemanusiaan.

Ia menegaskan, kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud jika sesama masyarakat Indonesia terjebak pada identitas primitif dan budayanya. Sumpah Pemuda menjadi konsensus pertama sepanjang sejarah bangsa Indonesia untuk bersatu dan bersinergi membangun serta mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan kebangsaan Indonesia.

“Untungnya, keberagaman bangsa Indonesia tidak menghalangi kerja sama dan sinergi, namun menjadi modal intelektual, sosial, dan politik untuk mengembangkan dan mewujudkan cita-cita bersama, yaitu Indonesia yang mandiri, adil, makmur, aman, dan damai,” kata Andar.

Peristiwa yang terjadi hampir seabad lalu, kata dia, menjadi contoh mulia bagi seluruh pihak, putra putri bangsa Indonesia dan juga masyarakat dunia, bahwa persatuan dan solidaritas dapat melahirkan inisiatif-inisiatif baik untuk mengatasi permasalahan kemanusiaan.

“Dunia digital perlu diisi dan ditangkap dengan energi dan inisiatif yang baik, seperti webinar kami malam ini yang dihadiri lebih dari 2.200 orang dari berbagai negara, untuk terus berekspresi dan mendorong sinergi dan kerja sama dalam pemajuan agama lintas budaya. .” literasi,” kata Andar.

(fmi)