JAKARTA – Artikel ini membahas perbedaan Hamas, Fatah, dan Hizbullah, mulai dari ideologi hingga dukungan internasional terhadap kelompok tersebut.
Dari sisi politik luar negeri, terdapat perbedaan signifikan antara ketiga kelompok ini yang berperan penting dalam dinamika konflik dengan Israel. Dihimpun Okezone, Selasa (22/10/2024) Perbedaan Hamas, Fatah, dan Hizbullah: Ideologi dan Tujuan
Hamas adalah organisasi politik dan ekstremis Islam Sunni yang menolak mengakui Israel dan mendukung perlawanan bersenjata. Hamas, yang didirikan pada tahun 1987 sebagai cabang Ikhwanul Muslimin di Mesir, muncul setelah Intifada Pertama, pemberontakan Palestina melawan Israel.
Nama Hamas merupakan akronim dari “Harakat al-Muqawama al-Islamiyya” yang berarti Gerakan Perlawanan Islam. Selain beroperasi sebagai organisasi ekstremis, Hamas adalah salah satu dari dua partai politik utama di Palestina. Tujuan utama Hamas adalah pembebasan Palestina dan kehancuran Israel, termasuk sayap militernya, Brigade Izz ad-Din al-Qassam.
Fatah, sebaliknya, adalah partai politik sekuler terbesar di Palestina, mendukung solusi dua negara dan mengakui keberadaan Israel. Nama Fatah merupakan akronim dari “Harakat al-Tahrir al-Watani al-Filastini” atau Gerakan Pembebasan Nasional Palestina. Fatah menjadi kekuatan pendorong di belakang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Otoritas Palestina, serta memainkan peran penting dalam negosiasi internasional untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Fatah lebih memilih diplomasi, dengan tujuan mendirikan negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel sejak 1967.
Sedangkan Hizbullah, kelompok Islam Syiah yang berbasis di Lebanon dan didukung Iran. Nama Hizbullah berarti “Partai Allah” dalam bahasa Arab. Kelompok ini didirikan pada tahun 1982 dengan penekanan pada perjuangan melawan Israel, khususnya dalam membela Lebanon. Meskipun ideologi Syiah mereka berbeda dengan ideologi Sunni Hamas, Hizbullah mendukung perjuangan Palestina. Area kendali dan pengaruh
Sejak 2007, Hamas menguasai penuh Jalur Gaza setelah mengusir Fatah dari wilayah tersebut. Pada tahun 2005, Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza. Setahun kemudian, Hamas menang telak atas Fatah dalam pemilihan parlemen Palestina. Kemenangan tersebut menimbulkan keretakan hubungan kedua pihak. Saat ini, Hamas mempunyai pengaruh paling besar di Gaza dan bertanggung jawab atas kehidupan lebih dari 2 juta penduduk di sana.
Fatah, sebaliknya, mendominasi Otoritas Palestina, yang memerintah Tepi Barat, meskipun wilayah tersebut masih berada di bawah pengaruh Israel. Fatah adalah kekuatan politik utama di Tepi Barat yang menentang Hamas, yang menguasai Gaza.
Sementara itu, Hizbullah memegang kekuasaan politik dan militer di Lebanon, menguasai Beirut, Lebanon selatan, dan sebagian besar Lembah Bekaa. Mereka mempunyai pengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah Lebanon, termasuk sebagai anggota parlemen terpilih dan berperan penting dalam politik nasional.
pendekatan konflik
Hamas menggunakan perlawanan bersenjata terhadap Israel melalui sayap militernya, Brigade Izz ad-Din al-Qassam, dan mengambil tindakan keras dalam konflik tersebut.
Fatah, yang awalnya menggunakan taktik perang gerilya, beralih ke diplomasi pada tahun 1980an, yang mengarah pada Perjanjian Oslo dan usulan solusi dua negara. Berbeda dengan Hamas, Fatah mengakui Israel dan ingin menyelesaikan konflik secara damai serta menentukan perbatasan negara Palestina berdasarkan garis yang ditetapkan setelah Perang Enam Hari tahun 1967.
Hizbullah telah terlibat dalam berbagai serangan terhadap Israel dan Amerika Serikat dan mendukung perjuangan Palestina dengan menyerukan kehancuran Israel. Hizbullah memiliki kemampuan militer yang kuat dan berperan aktif dalam politik Lebanon, termasuk pemilihan parlemen. Dukungan internasional
Hamas mendapat dukungan dari beberapa negara, khususnya Iran, yang diduga memberikan pendanaan, senjata, dan pelatihan kepada pejuang Hamas. Pernyataan terbaru dari pejabat Hamas mengklaim bahwa Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah menyediakan senjata, teknologi dan pelatihan untuk mendukung serangan terbaru mereka.
Selain Iran, Qatar juga terkait dengan Hamas. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang terbunuh di Iran beberapa waktu lalu, menjalankan organisasi tersebut dari Doha. Beberapa pemimpin Hamas lainnya dikatakan memiliki kantor di Turki. Meskipun memiliki keyakinan ideologis yang berbeda, Hamas memiliki aliansi jangka panjang dengan Hizbullah dalam perjuangannya melawan Israel.
Sementara itu, Fatah semakin mendapat dukungan dalam upaya diplomasinya dari masyarakat internasional, terutama negara-negara Barat yang mendukung solusi dua negara. Berbeda dengan Hamas, Fatah tidak menerima dukungan militer dari negara lain.
Hizbullah menerima dukungan langsung dari Iran, yang memanfaatkan kelompok tersebut sebagai cara untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. Dia bekerja erat dengan rezim Suriah di bawah Bashar al-Assad.
(PALSU)