JAKARTA – Publik menyoroti susunan kabinet pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka setelah calon presiden mengundang para menteri dan pimpinan lembaga ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta. Publik pun menantikan janji Prabowo untuk mengisi kabinetnya dengan tenaga profesional.

Pakar politik Peter Zulkifli mengatakan masyarakat mendukung upaya Prabowo membentuk kabinet Zakan. “Prabovo berjanji akan membentuk kabinet, kabinet yang terdiri dari para profesional dan ahli di bidangnya. Mengingat tantangan domestik dan regional yang semakin kompleks,” ujarnya, Rabu (16/10/2024).

Menurut dia, kehadiran orang-orang berkompeten di kabinet merupakan kebutuhan yang paling mendesak. Namun, realitas politik di Indonesia seringkali memperumit masalah ini.

Pertemuan di Kertanegara dihadiri oleh sejumlah pimpinan politik dari partai pendukung dan parpol peserta Pilpres 2024 sehingga memicu spekulasi publik apakah Prabowo akan mengkompromikan susunan kabinetnya demi kepentingan politik. “Di tengah keadaan seperti ini, apakah janji kabinet akan ditepati atau kompromi politik akan menjadi faktor penentu utama?” Dia berkata.

Ia mengatakan, dalam negara demokrasi, mengundang semua pihak untuk membentuk kabinet adalah hal yang lumrah. Mengelola negara berpenduduk lebih dari 270 juta orang dan menghadapi berbagai tantangan politik memerlukan stabilitas, yang seringkali dicapai melalui perjanjian politik.

Namun, ia mengingatkan masyarakat bahwa kompromi diharapkan dilakukan demi kepentingan bangsa dan bukan kepentingan segelintir elite. “Sayangnya, sejarah panjang kolusi, korupsi, dan nepotisme di Indonesia masih terus berlanjut hingga saat ini. Meskipun tingginya biaya hidup, mahalnya pendidikan, dan sulitnya mendapatkan pekerjaan menghantui banyak masyarakat awam, janji perubahan “sering kali pupus karena tidak ditanggapi.” . kepentingan dan politik parokial,” kata Peter Zulkifli.

Ia mengatakan, impian kemajuan Indonesia seringkali hancur di tangan elite yang tamak. Bahkan lembaga hukum yang seharusnya menjadi penjaga moralitas bangsa, terkadang melakukan praktik kotor tersebut.

Ia mengatakan, dalam situasi seperti ini, ekspektasi masyarakat terhadap pemerintahan baru pimpinan Prabowo-Gibran semakin meningkat. 

Ia mengatakan, kemunculan jaket kabinet tak lepas dari ketidakpuasan terhadap susunan kabinet era-era sebelumnya. Salah satunya sering dianggap sebagai “pembagian kekuasaan” antar partai politik, terlepas dari kebutuhan profesionalisme negara tersebut. 

“Sebagai tokoh stabilitas, Prabowo Subianto akan kesulitan memilih jajaran menteri yang mampu menghadapi situasi global yang tidak menentu. Kenaikan harga pangan, krisis energi, dan ancaman resesi global. Pemerintahan baru tidak hanya akan mengadopsi kebijakan populis, tetapi “kebijakan yang efektif dan bersifat perbaikan. “Sudah saatnya Prabowo dan Gibran menunjukkan keseriusan mereka dalam membentuk kabinet yang fokus pada hasil dan bukan sekedar popularitas,” ujarnya.

Ia mengatakan, masyarakat yang kecewa dengan janji-janji politik kosong selama bertahun-tahun, menaruh harapan besar pada pemerintahan Prabowo-Gibran. Apalagi Gibran yang dikenal sebagai bintang muda berwawasan segar, banyak yang optimistis pasangan ini bisa membawa perubahan nyata, ujarnya.

Ia yakin sejarah telah menunjukkan bahwa kantor yang dipenuhi tenaga profesional seringkali berhasil membawa perubahan signifikan. Salah satu contohnya adalah pemerintahan BJ Habibi yang berhasil menurunkan kabinet yang diisi banyak teknokrat dan profesional meski dalam keadaan sulit.

Model seperti ini yang diharapkan masyarakat terhadap Prabowo dan Gibran, yang keduanya memiliki latar belakang yang akrab di dunia militer dan birokrasi, kata Peter Zulkifli.

Selain itu, pemberantasan korupsi dinilai menjadi tantangan tersulit di masa depan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Apalagi sistem pemerkosaan di Indonesia sudah menjadi penyakit yang sulit diobati. Uang pemerintah yang seharusnya dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan mengalir ke kantong swasta. “Akibatnya rakyat kecil semakin terjerumus ke dalam jurang kemiskinan,” kata Peter.

Ia mengatakan, tantangan terbesar pemerintahan Prabowo adalah korupsi yang mengakar di berbagai tingkat pemerintahan. Prabowo dan Gibran menghadapi tuntutan berat untuk membersihkan birokrasi yang kotor dan mengakhiri korupsi yang merugikan rakyat.

“Masyarakat menginginkan pemimpin yang tidak hanya bisa bicara tapi mengambil tindakan nyata untuk memberantas korupsi dan memulihkan birokrasi yang rusak,” ujarnya.  

(fkh)