JAKARTA – Calon Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 1 Ridwan Kamil menyebut ada dua misi besar dalam kampanye pemilunya. Pertama, berkomitmen menghadirkan transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Kedua, ia berharap para pemilih yang cerdas akan mampu “memajukan” demokrasi di Indonesia, khususnya di Jakarta, dengan memilih pemimpin berdasarkan keterampilan mereka, bukan berdasarkan popularitas atau kekayaan.
Ridwan Kamil mengatakan, transparansi pengelolaan APBD Jakarta dicapai melalui teknologi digital. Sistem ini memungkinkan warga Jakarta mengakses informasi anggaran dan mengkritisi penggunaan anggaran Rencana Belanja Daerah (APBD) Jakarta yang mencapai kurang lebih Rp 90 triliun.
“APBD DKI Jakarta harus dikelola secara transparan dan bertanggung jawab. Pertama, transparansi yang paling sederhana adalah dengan cara digital. Oleh karena itu, akses digital akan dibuka seluas-luasnya agar tidak ada kebohongan di antara kita,” kata Ridwan Kamil, Rabu. (20/11/2024).
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, sistem serupa telah diterapkan di Jawa Barat melalui Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Sistem ini menjadikan penggunaan anggaran lebih terencana, mencegah manipulasi dan memastikan anggaran hanya bermanfaat bagi masyarakat. Saya kira Jakarta harusnya seperti ini,” jelasnya.
Selain itu, Ridwan Kamil juga berencana memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pengelolaan anggaran. Itu harus dikembalikan kepada masyarakat,” tegasnya.
Di sisi lain, Ridwan Kamil juga berharap demokrasi Indonesia berkembang ke arah yang benar. Menurutnya, sistem pemilu saat ini seringkali mengedepankan popularitas calon dan mengabaikan keterampilan dan kemampuan. “Saya berharap demokrasi akan dibawa ke tingkat berikutnya sehingga pemimpin yang kompeten dapat dipilih.”
Ridwan Kamil menyoroti besarnya biaya yang dikeluarkan oleh calon-calon besar di daerah, mulai dari perlengkapan kampanye hingga aktivitas kampanye. Meski teknologi seperti telepon seluler bisa menjadi media periklanan yang murah, namun kebutuhan akan aksesoris tradisional masih mendominasi preferensi masyarakat.
“Kami ingin berkampanye hanya menggunakan telepon seluler, tidak mahal. Namun ternyata tidak mungkin karena hasil survei menunjukkan masyarakat menginginkan aksesoris tradisional, sehingga paslon 1, 2 dan 3 punya banyak aksesoris,” jelasnya. .
Namun, kali ini dia memuji Pilkada Jakarta yang kembali meninggalkan praktik politik identitas yang merupakan kemajuan luar biasa dalam proses demokrasi. “Saya berharap pilkada ke depan lebih murah sehingga masyarakat berkemampuan yang tidak mempunyai dana besar tetap bisa ikut serta, karena tujuan pemilu adalah untuk memajukan bangsa,” ujarnya.
Ridwan Kamil tidak hanya menyampaikan janji kampanye, tetapi juga visi untuk menjadikan Jakarta sebagai model transparansi anggaran dan demokrasi berkualitas. Jika visi tersebut terwujud, Jakarta tidak hanya berubah, tapi juga menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.
(gambar)