JAKARTA – Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina, Kamis 28 November 2024. Mereka juga menyasar infrastruktur kelistrikan hingga berujung pada keadaan darurat.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan itu sebagai “eskalasi buruk” dan menuduh Rusia menggunakan bom cluster. “Di banyak tempat, tercatat banyak serangan bersenjata yang menargetkan infrastruktur sipil,” ujarnya dalam postingan Telegram yang dilansir Aljazeera.

“Ini adalah eskalasi terburuk dari taktik teroris Rusia,” tambahnya.

Dia mengatakan Ukraina membutuhkan lebih banyak sistem pertahanan udara Barat “saat ini” untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.

“Ini sangat penting di musim dingin ketika kita harus melindungi infrastruktur kita dari serangan yang ditujukan ke Rusia,” kata Zelenskyy.

Munisi tandan telah membunuh atau melukai lebih dari 1.000 orang di Ukraina sejak Rusia memulai perang sengit pada Februari 2022, kata Koalisi Munisi Tandan (CMC) dalam laporan tahunannya pada bulan September.

CMC juga mencatat bahwa ranjau-ranjau ini juga merupakan ancaman jangka panjang karena banyak yang gagal meledak, sehingga berperan sebagai ranjau darat yang dapat meledak bertahun-tahun kemudian.

Rusia dan Ukraina tidak termasuk di antara 112 negara anggota Konvensi Munisi Tandan tahun 2008, yang melarang penggunaan, pemindahan, produksi dan penimbunan munisi tandan.

Dilaporkan dari Kharkiv, Assed Baig dari Al Jazeera mengatakan serangan itu tampaknya menjadi “yang terbesar di Rusia dalam beberapa bulan terakhir”.

“Angkatan udara Ukraina berupaya mencegat beberapa rudal, namun ada laporan mengenai bangunan tempat tinggal yang terkena serangan di Kharkiv, serta puing-puing yang berjatuhan di wilayah ibu kota Kyiv,” katanya.

Angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia menembak jatuh 91 rudal dan 97 pesawat serang, menambahkan bahwa 79 rudal dan 35 drone berhasil dicegat. Setidaknya beberapa rudal mencapai sasarannya, kata para pejabat Ukraina.

“Pembangkit listrik di beberapa daerah telah rusak,” kata perusahaan listrik nasional, Ukrenergo, seraya menambahkan bahwa mereka telah melakukan pemadaman listrik darurat di seluruh negeri.

Pihak berwenang di wilayah Lviv dan Kyiv mengatakan wilayah infrastruktur penting terkena dampaknya. Terjadi pemadaman listrik di wilayah Kiev, Odesa, Dnipro dan Donetsk, menurut Ukrenergo, karena suhu di seluruh negeri turun hingga sekitar 0 derajat Celcius (32 derajat Fahrenheit).

Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, mengatakan pada hari Kamis bahwa infrastruktur listrik di negaranya sedang “serang parah”, sehingga mendorong perusahaan jaringan listrik nasional untuk memulai pemadaman darurat karena cuaca dingin.

Sementara itu, CEO perusahaan listrik Yasno, Serhii Kovalenko, kemudian mengatakan terjadi pemadaman listrik darurat di seluruh negeri akibat serangan tersebut. Lebih dari satu juta pelanggan di Ukraina barat, ratusan kilometer dari garis depan, tidak mendapat aliran listrik.

“Sejauh ini, 523.000 pelanggan di wilayah Lviv tidak mendapat aliran listrik,” kata kepala wilayah Barat, Maksim Kozytskyi, melalui media sosial.

Pejabat regional mengatakan setidaknya 280.000 orang lagi mengungsi di wilayah barat Rivne dan 215.000 lainnya di wilayah barat laut Volyn, yang juga berbatasan dengan Polandia, anggota UE dan NATO.

“Insinyur ketenagalistrikan berupaya memastikan adanya pengaturan untuk menyediakan listrik jika memungkinkan. – Mereka telah memulai pekerjaan restorasi jika situasi keamanan memungkinkan,” kata Kementerian Energi.

Menteri mengatakan ini adalah serangan besar ke-11 yang dilakukan Rusia terhadap infrastruktur listrik umum Ukraina pada tahun ini.

Catriona Murdoch dari Global Rights Compliance, sebuah yayasan hak asasi manusia internasional, mengatakan Rusia melanggar hukum internasional dengan menyerang sistem energi.

“Serangan yang direncanakan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina bukan sekadar tindakan perang – ini adalah kejahatan yang dengan sengaja menargetkan dan meneror warga sipil, menyebabkan jutaan orang rentan,” katanya dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera.

“[Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan] atas serangan kekuatan musim dingin tahun 2022, para pelaku harus bertanggung jawab atas serangan gelombang kedua yang merupakan pelanggaran hukum internasional,” tutupnya.

(adalah)