VATIKAN – Paus Fransiskus menyampaikan pesan Natalnya pada Rabu (25/12/2024) dan menyerukan negosiasi untuk mengakhiri perang hampir tiga tahun antara Rusia dan Ukraina. Paus menyerukan gencatan senjata dan dialog segera di Gaza.

Dalam pidato Hari Natalnya yang bertajuk “Urbi et Orbi” (tentang kota dan dunia), Paus Fransiskus secara khusus membahas konflik Ukraina dan menyerukan “keberanian yang diperlukan untuk membuka pintu dialog.”

Saat berbicara dari balkon tengah St. Berbicara kepada ribuan orang di alun-alun di bawah Basilika Santo Petrus, Paus berkata: “Biarkan senjata dibungkam di Ukraina yang dilanda perang!” Dia menyerukan “pembaruan diskusi dan pertemuan” untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi, lapor Reuters.  Pembicaraan damai di Ukraina

Paus Fransiskus sebelumnya mendesak Ukraina agar berani melakukan perundingan “kulit putih” dengan Rusia untuk mengakhiri perang. Seruan Paus Fransiskus menuai kritik tajam dari para pejabat Ukraina, yang mengatakan Kiev harus memaafkan dan menerima proses perdamaian Rusia untuk mengakhiri konflik.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengesampingkan partisipasi dalam perundingan perdamaian kecuali perbatasan Ukraina sebelum perang dipulihkan. Namun, sejak Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pada November lalu, ia sudah menunjukkan kesediaannya untuk bernegosiasi.

Awal bulan ini, Zelenskiy melontarkan gagasan penyelesaian politik yang mencakup “membekukan” garis pertempuran saat ini dan mengerahkan pasukan asing ke Ukraina. Rusia telah meminta Ukraina untuk meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO.

Selain konflik Ukraina, Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya konflik politik, sosial dan militer di negara-negara seperti Lebanon, Mali, Mozambik, Haiti, Venezuela dan Nikaragua. Tidak ada gencatan senjata di Gaza

Pria berusia 88 tahun itu menyerukan gencatan senjata baru dalam perang antara Hamas dan Israel dan pembebasan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Mengkritik kekejaman Israel, Paus Fransiskus menggambarkan krisis kemanusiaan di Gaza sebagai hal yang mengerikan dan menyerukan agar pintu dialog dan perdamaian dibuka.

Sebelumnya, pada malam Natal, Paus Fransiskus membuka Tahun Suci bagi Gereja Katolik sedunia yang akan berlangsung hingga 6 Januari 2026. Tahun Suci Katolik, juga dikenal sebagai Jubilee, dianggap sebagai masa damai, pengampunan, dan pengampunan.

Pada hari Rabu, Paus Fransiskus mengatakan tahun Yobel harus menjadi saat di mana “setiap orang, semua orang dan semua bangsa … akan menjadi peziarah harapan, membungkam senjata dan mengatasi perpecahan”.

Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa “inilah saatnya untuk merobohkan semua tembok perpecahan.”

(tukang pos)