JAKARTA – Indonesia menjadi anggota resmi BRICS yang beranggotakan negara-negara berkembang seperti Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Masuknya Indonesia ke dalam kelompok ekonomi BRICS bisa menjadi langkah strategis untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi 1. RI tidak lagi bergantung pada AS

Menurut pakar hukum bisnis dan perdagangan internasional Ariawan Gunadi, keanggotaan BRICS menawarkan Indonesia peluang strategis untuk memperluas akses pasar di negara-negara berkembang yang dinamis, sekaligus mendiversifikasi mitra dagang.  “Langkah ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa yang selama ini mendominasi arus perdagangan internasional Indonesia,” ujarnya, Rabu (1/8/2024).   2.    Keuntungan bergabung dengan BRICS

Menurut Ariawan, negara anggota BRICS seperti China dan India diketahui memiliki kapasitas investasi yang sangat besar yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan sektor-sektor strategis di Indonesia, termasuk infrastruktur energi dan transportasi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi. 

“Pembangunan ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan produk domestik bruto (PDB) tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang merupakan salah satu kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” lanjutnya. 3. RI menjadi negara berpendapatan tinggi 

Selain itu, Guru Besar Universitas Tarumanagara ini mengatakan, masuknya Indonesia ke dalam kelompok ekonomi BRICS dapat menjadi langkah strategis untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi. 

“Baru-baru ini Bank Dunia memperbarui kriteria klasifikasi pendapatan tahun 2025 yang menyatakan bahwa suatu negara tergolong negara berpendapatan tinggi jika produk domestik bruto (PDB) per kapitanya melebihi US$14.005. Saat ini, menurut update terkini, “Indonesia akan tetap berada dalam kategori negara berpendapatan menengah atas pada bulan Juli 2023.”   4. Tantangan ke depan

Namun peluang tersebut tidak lepas dari beberapa tantangan yang harus diantisipasi secara matang. Salah satu tantangan utamanya adalah potensi persaingan dengan industri dari negara-negara anggota BRICS lainnya, yang mungkin memiliki keunggulan serupa dengan Indonesia.  Selain itu, hubungan Indonesia dengan mitra dagang tradisional juga perlu dijaga agar tidak menimbulkan ketegangan yang dapat berdampak negatif terhadap perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki strategi yang komprehensif dan tepat sasaran agar keanggotaan Indonesia dalam BRICS tidak hanya memberikan manfaat terbaik, namun juga dapat mengelola risiko-risiko yang muncul secara efektif.

Untuk menuju status negara berpenghasilan tinggi, Indonesia menghadapi tantangan besar, yaitu mempertahankan rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 7% per tahun selama 15 hingga 20 tahun ke depan. Tantangan ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% pada tahun 2029. “Dalam konteks ini, keanggotaan Indonesia dalam BRICS memberikan peluang besar untuk mengatasi hambatan struktural yang selama ini menjadi hambatan seperti jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap),” ujarnya.   5.    Keputusan untuk bergabung dengan BRICS

Seperti diketahui, keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS bukan hanya sekedar langkah diplomasi, namun juga mencerminkan konsistensi negara dalam menerapkan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang tertuang dalam UU No. 37 Tahun 1999 tentang hubungan luar negeri. Dalam konteks ini, keputusan ini menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam menciptakan tatanan perekonomian dunia yang lebih adil dan seimbang.  Melalui langkah ini, Indonesia tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi geopolitiknya, namun juga memperluas kontribusinya dalam mendorong kerja sama internasional yang mengutamakan kemitraan yang saling menguntungkan, dengan harapan dapat mendorong perubahan positif pada sistem perekonomian global.

(fbn)