Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah pemberontakan yang kelam. Pada tanggal 30 September 1965, setelah mengumumkan keterlibatannya dalam gerakan revolusioner berdarah G30S, PKI resmi dinyatakan sebagai partai terlarang dan dimusnahkan.
Sebelum G30S membunuh enam jenderal Angkatan Darat, PKI terlibat dalam Pemberontakan Madiun 1948 yang memakan korban jiwa sebanyak 24.000 orang.
PKI merupakan partai yang lahir dari organisasi komunis Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan pada tanggal 23 Mei 1914 oleh orang Belanda bernama Henk Sneevliet.
Kemudian ISDV terus menyebarkan komunisme, salah satunya Sarekat Islam. Masuknya ideologi komunis ke dalam Sarekat Islam menciptakan perpecahan.
Beberapa anggota Sarekat Islam bergabung dengan ISDV. Hingga tahun 1920, ISDV mengadakan pertemuannya di Semarang, tempat dibentuknya Liga Komunis India (PKH) di bawah pimpinan Semaoen.
Semaoen lahir pada tahun 1899 di Kurahmalang, Sumobito, Jombang. Ayahnya adalah seorang tukang di sebuah perusahaan kereta api bernama Praviroatmodjo di Jawa Timur. Dia adalah salah satu idola Sarekat Islam.
Meski usianya masih muda, Semaoen bisa bersekolah di Tweede Klas. Setelah lulus, Semaoen bekerja sebagai pegawai di perusahaan kereta api Staatspoor di Surabaya.
Semaoen adalah anggota Sarekat Islam sebelum bertemu Henk Sneevliet saat bekerja. Pertemuannya dengan Henk Sneevliet mengantarkan Semaoen mempelajari komunisme dan bergabung dengan ISDV, hingga akhirnya menjadi pendiri dan pemimpin pertama PKI.
Semaoen menjabat sebagai ketua PKI sejak tahun 1920, namun pada tahun 1921 ia harus melakukan perjalanan ke Uni Soviet untuk menghadiri konferensi Komunis Internasional, sehingga tempatnya untuk sementara digantikan oleh Tan Malaka.
Semaoen kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1922 dengan tujuan memulihkan pengaruh PKI. Namun karena perbuatannya, ia ditangkap pada tahun 1923 dan diasingkan ke Belanda. Namun sebelumnya, Semaoen ditunjuk sebagai wakil PKI di Eropa.
Selama di Eropa, Semaoen terus menyebarkan komunisme dengan berbagai cara. Mulai dari menjalin kontak dengan Indonesia, menerbitkan pamflet, hingga menyiarkan program radio di Moskow.
Selama di Eropa, Semaoen dilarang pulang ke Indonesia karena terlalu banyak mengetahui tentang komunisme dan berbagai hal terkait Uni Soviet.
Namun ketika Indonesia merdeka, Semaoen pulang kampung. Bahkan, kunjungan pertama Bung Karno ke Uni Soviet dilakukan pada tahun 1957. Di Indonesia, hubungan Semaoen dengan PKI sempat terputus.
Kemudian pada tahun 1959, Bung Karno Semao diberi wewenang untuk menjabat sebagai wakil ketua organisasi pengelola yang bertanggung jawab atas kegiatan Wakil Aparatur Negara. Pada tahun 1961 juga, Semaoen menerima gelar doktor kehormatan (HC) di bidang ekonomi dari Universitas Padjajaran Bandung, di mana ia menjadi guru.
Semaoen meninggal dunia pada 7 April 1971 dalam usia 72 tahun. Ia kemudian dimakamkan di Pemakaman Keluarga RA Praviraatmadja di Pasuruan, Jawa Timur.
(Ha)