JAKARTA – Lembaga Amil Zakat Islam Nasional (Laznas -SI) menerjunkan tim tanggap bencana alam melalui Syarikat Islam Tanggap Bencana (Sigap) untuk membantu korban letusan Gunung Lewotobi Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Tim akan menyalurkan bantuan kepada korban dan pengungsi.

Ketua Laznas Syarikat Islam David Chalik mengatakan SI sangat prihatin dengan keadaan masyarakat akibat bencana letusan Gunung Lewotobi Laki yang menewaskan 9 orang dan berdampak pada 13.000 warga.

“Mereka terpaksa tidur di pengungsian, sehingga kami memastikan anak-anak dan masyarakat di lokasi bencana mendapat dukungan yang memadai di tengah situasi sulit ini,” kata David Chalik dalam keterangan yang diumumkan Tim Tanggap Laznas Syarikat Islam yang melakukan perjalanan ke Gunung Lewotobi, Minggu (17/11/2024).

Menurut Chalik, Laznas mengatakan kepada SI bahwa sebagai organisasi yang fokus pada peningkatan perekonomian masyarakat, pihaknya juga akan memberikan dukungan psikososial kepada anak-anak dan masyarakat terdampak di lokasi pengungsian, ujarnya.

Kepala Badan Sigap Indonesia, Agustian, menyampaikan pesan kepada tim agar mereka bisa merekrut tenaga lokal dan berlatih sesuai standar Sigap Indonesia agar mereka bisa mengekspresikan perjuangannya di sana.

Pada tahap awal, tim tanggap bencana akan mengaktifkan program studi penanggulangan bencana agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar pada saat tanggap bencana.

Laznas SI mengimbau masyarakat, khususnya umat Islam, untuk membantu anak-anak dan masyarakat rentan lainnya yang mengalami musibah akibat letusan Gunung Lewotobi, ujarnya.

Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Flores Timur Yos Bella mengatakan, pemerintah Flores Timur secepatnya mengirimkan tim tanggap untuk mengevakuasi masyarakat ke titik aman. Dukungan logistik tersedia dari negara-negara tetangga, namun dukungan jangka panjang masih diperlukan.

“Kami membutuhkan dukungan lembaga lain untuk kebutuhan selain pangan dan kegiatan psikososial. Beliau berharap kehadiran lembaga bencana non pemerintah dapat berkontribusi dalam membantu para korban,” tegasnya.

Ia berharap ke depan, pemerintah dan lembaga kemanusiaan yang terlibat dalam membantu masyarakat terdampak dapat terus saling berkoordinasi.

“Hal ini diperlukan sebagai langkah strategis dalam mendukung meringankan beban para penyintas, khususnya yang menghadapi musim hujan saat ini,” tutupnya.

Sebelumnya, pemerintah daerah menetapkan III. tahap (waspada) pada bulan September hingga akhir Desember tahun ini. Akibat volume aktivitas gunung berapi yang semakin meningkat, Pusat Vulkanologi menaikkan status letusan ini ke tingkat tertinggi IV.

Letusan gunung berapi yang terjadi di Kabupaten Wulanggitang dan Ile Bura ini terpantau lebih dari dua puluh menit oleh seismograf dengan amplitudo 47,3 milimeter.

Bencana ini mengakibatkan kerusakan fisik pada banyak bangunan, penutupan sementara tiga bandara di Maumere, Ende dan Bajawa, serta gangguan pernafasan dan penglihatan yang dialami masyarakat akibat abu vulkanik.

(fmi)