BEIRUT – Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyetujui gencatan senjata dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelum dia terbunuh dalam serangan udara besar-besaran Israel di Beirut.
“(AS) juga setuju dengan pernyataan Biden-Macron yang menyerukan gencatan senjata selama 21 hari,” kata Bou Habib dalam wawancara dengan CNN.
“Dan mereka memberi tahu kami bahwa Netanyahu menyetujuinya. Jadi kami mendapat persetujuan dari Hizbullah juga. Anda tahu apa yang terjadi selanjutnya,” tambahnya.
Bou Habib, yang saat ini berada di New York setelah Majelis Umum PBB pada bulan September, mengatakan gencatan senjata telah dikonfirmasi sebelum Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut, menewaskan Nasrallah dan menghancurkan bangunan.
Sebelum Israel membunuh Nasrallah, Amerika Serikat dan Prancis mengatakan Rabu lalu bahwa mereka mengeluarkan pernyataan yang menyerukan gencatan senjata sementara selama 21 hari antara Hizbullah dan Israel setelah Israel mulai meningkatkan serangan udara di Lebanon.
Para pejabat AS mengatakan kedua belah pihak telah membicarakan pengumuman tersebut dan yakin gencatan senjata akan tercapai. Namun, keesokan harinya, Netanyahu secara terbuka menolak gencatan senjata tersebut, dan pada hari Jumat, 27 September, Israel membunuh Nasrallah.
Pengungkapan Bou Habib mungkin memberikan wawasan tentang bagaimana Israel membunuh Nasrallah, yang selamat dari berbagai upaya pembunuhan Israel selama beberapa dekade.
Laporan Reuters lainnya yang dimuat pada Rabu (2/10/2024) menyebutkan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah mengirimkan duta besar untuk memperingatkan Nasrallah bahwa Israel berencana membunuhnya. Duta Besar Iran, komandan Abbas Nilforoushan, juga tewas dalam serangan Israel pada 27 September.
Komentar Bou Habib juga menimbulkan keraguan lebih lanjut tentang apakah Israel bersedia mengupayakan perdamaian setelah dimulainya perang Gaza pada Oktober 2023.
Sebelumnya, Israel juga membunuh pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran. Haniyeh memimpin pembicaraan dengan Israel mengenai kemungkinan gencatan senjata.
Setelah pembunuhan Nasrallah, Israel melancarkan invasi militer ke Lebanon, yang berakhir dengan kegagalan dan mereka berhasil dipukul mundur. Pejuang Hizbullah membunuh delapan tentara Israel dan Hizbullah menghancurkan korban tambahan di Israel dan beberapa tank.
Meskipun ada peningkatan upaya Amerika Serikat untuk mengupayakan gencatan senjata dalam pertempuran antara Hizbullah dan Israel, pemerintahan Biden mendukung pembunuhan Nasrallah oleh Israel dan pendudukannya di Lebanon. Amerika Serikat juga mengutuk serangan terbaru Iran terhadap Israel yang menargetkan beberapa pangkalan militer Israel.
Israel telah berjanji untuk menanggapi serangan itu, yang mengancam perang langsung yang lebih luas antara Israel dan Iran.
(dk)