Penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular dan penyebab kematian utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari 17 juta orang meninggal karena penyakit jantung dan darah di seluruh dunia setiap tahunnya.
Di Indonesia, data Institute of Health Metrics and Evaluation pada tahun 2019 menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular menyebabkan 651.481 kematian setiap tahunnya, termasuk stroke dan penyakit jantung koroner.
Karena tingginya angka kejadian penyakit jantung di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya meningkatkan kualitas dan fasilitas pelayanan jantung di Indonesia. Saat ini, Kementerian Kesehatan memulai pembangunan gedung baru di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Pakatan Harapan di Jakarta.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Tokushukai Medical Group, grup medis terbesar di Jepang, untuk membangun gedung baru RSJPD Harapan Kita setinggi 20 lantai. Peletakan batu pertama gedung tersebut dimulai pada Selasa, 8 Oktober 2024 dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekan tombol sirine.
Menteri Kesehatan Budi mengatakan pembangunan gedung baru ini akan meningkatkan kapasitas operasional tahunan dari empat ribu orang menjadi tujuh ribu orang, sehingga menjadikan RSJPD Harapan Kita terbesar ketiga di Asia setelah China dan India. Selain itu, gedung baru ini juga akan meningkatkan kualitas RSJPD Harapan Kita sebagai pusat rujukan jantung nasional.
“Ini akan menjadi pusat semua rumah sakit dan pasien jantung akan kesulitan untuk membawanya ke sini,” ujarnya mengutip keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Jumat (11 Oktober 2024).
Proyek pembangunan yang diberi nama Harapan Kita-Tokushukai ini meliputi area seluas 8.653,7 meter persegi, dengan bangunan induk seluas 61.853 meter persegi dan lantai dasar seluas 4.095 meter persegi. Gedung baru ini rencananya setinggi 20 lantai, dengan 3 lantai di bawah tanah, dan mampu menampung 462 tempat tidur. Total biaya pembangunannya diperkirakan mencapai Rp 1 triliun yang didanai oleh Tokushukai Medical Group.
Bangunan ini dirancang dengan gaya arsitektur futuristik dengan desain interior berteknologi tinggi dan mewah untuk menciptakan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung. Selain arsitekturnya yang megah dan tinggi, bangunan ini memiliki ruang terbuka hijau yang dapat diakses oleh umum. Ruang publik juga memiliki taman dan pilihan tempat makan.
Menkes juga menyampaikan, gedung tersebut terletak di Jalan S. Parman, dikelilingi RS Anak dan Ibu Harapan Kita serta RS Kanker Dharmais yang dikenal dengan kawasan “3 Berlian”. Kawasan tersebut akan terintegrasi dengan jalan tol dan angkutan umum agar mudah dijangkau masyarakat.
“Ketiga RS ini akan menjadi satu kompleks yang besar, dan saya sudah berbicara dengan Plt Gubernur DKI Jakarta dan mendapat persetujuan agar kawasan itu disatukan dalam hal akses jalan dan transportasi umum,” ujarnya.
Selain bangunan fisik, pemerintah akan melengkapi gedung baru tersebut dengan peralatan kesehatan ultra canggih dan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Menkes berharap kerja sama dengan Tokushukai Medical Group yang telah terjalin selama lebih dari 20 tahun dapat terus berlanjut, khususnya melalui pertukaran ilmu dan dokter spesialis antara Indonesia dan Jepang.
Menkes juga mengingatkan, RSJPD Harapan Kita mempunyai tugas penting yang harus diselesaikan yaitu terus memberikan perawatan terhadap pasien penyakit jantung di seluruh Indonesia. Dalam rencana amnesti ini, tujuannya adalah 34 RS provinsi mampu melakukan bedah jantung terbuka, 514 RS kabupaten dan kota mampu melakukan intervensi non bedah, dan 10.000 puskesmas mampu melakukan terapi trombolitik.
Harapan kami adalah memastikan 280 juta masyarakat Indonesia di tujuh ribu pulau mendapatkan layanan ketika mereka mengalami serangan jantung, dan jika memungkinkan, mendapatkan layanan yang dekat dengan Sana kita, kata Menkes.
Menurut Menteri Kesehatan Iwan Dakota, Direktur Utama RSJPD Harapan Kita, gedung baru ini dibangun untuk meningkatkan kapasitas layanan kesehatan jantung di Indonesia. Pasalnya, permintaan pengobatan penyakit jantung saat ini sangat tinggi sehingga antrian operasi bisa memakan waktu bertahun-tahun.
“Waktu tunggu operasi jantung sangat lama, tiga sampai lima bulan. Padahal, untuk jantung anak yang usianya kurang dari dua tahun,” ujarnya.
Pembangunan gedung baru 20 lantai ini akan menambah kapasitas tempat tidur rumah sakit dari 404 menjadi 750, tambah Iwan. Jumlah ruang operasi juga akan bertambah dari 10 menjadi 18, sehingga jumlah pasien bedah jantung setiap tahunnya akan meningkat dari 4.000 menjadi 7.000. Ini merupakan jumlah operasi jantung tertinggi di Asia Tenggara.
Selain itu, Iwan menambahkan, ruang Cath Lab juga akan dibuat menjadi tiga ruangan, termasuk ruang mixing.
“Dengan dibangunnya gedung tambahan ini akan meningkatkan kemampuan pelayanan dan kapabilitas RSJPD Harapan Kita sebagai pusat rujukan tertinggi dan memberikan manfaat setinggi-tingginya dalam pengembangan layanan rujukan,” ujarnya.
(Leo)