GUJARAT – Tujuh penari Indonesia memukau ribuan penonton pada gelaran ‘AIU 3rd International Youth Festival 2024-2025’ yang digelar di Gujarat University, Kampus Parul University, Vadodara, India, pada 9-12 Desember 2024.
Para penari yang tampil merupakan bagian dari Sanggar Tari Cipta Art Production Tangerang yang dipimpin oleh Ilham Muji Riyanto S.Pd. Enam penari diantaranya Umi Hulsoom PhD, Nasiva Elrika Andani Mutmaina, Aziza Noor Prativi, Prativi Muji Astuti S.Pd dan Adelia Azzahra Setiawan tampil selama tiga hari di festival tari tersebut.
Pada hari pertama, mereka menampilkan tari Padengan (Sulawesi Selatan) dan Kembang Sipadu.
Ada dua agenda yang disiapkan panitia. Panggung pertama merupakan area indah berukuran 40 x 20 meter dengan pencahayaan dan suara yang bagus serta mampu menampung 3000 penonton.
Tari Padengan bercirikan gerak gemulai, halus dan intens. Penarinya adalah perempuan yang mengenakan pakaian adat Bugis-Makasar dengan topi dan hiasan adat. Tarian ini mewakili nilai-nilai kehidupan seperti kesabaran, rasa hormat dan syukur.
Tari Cipadu Kembang ciptaan Ilham Mudji Riyanto, Tari Cipadu Kembang berlandaskan gaya Kokek yang menangkap esensi dan semangat masyarakat Cipadu Jaya, sang pencipta selalu. Tari Cipadu Kembang merupakan hasil perpaduan unsur-unsur tradisional seperti gerak tari, musik dan pakaian adat Tangerang yang dibalut dengan gaya baru. Oleh karena itu memberikan nilai seni dan budaya yang unik dan kaya.
“Festival tari internasional ini merupakan kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, dan mereka menyambut baik kelompok dari Indonesia, dan ini terlihat dari apresiasi terhadap karya kami,” kata Ilham dalam rilis dari KJRI. Mumbai.
Keesokan harinya, mereka berganti pakaian dan menari Jager Banyuwangi, Rangkong Kalimantan, dan Medley Nusantara di panggung indoor dengan lampu dan sound system, yang dihadiri 1.000 orang.
Jejer adalah tarian tradisional dari banyuwangi di jawa timur. Tarian ini biasanya membuka pertunjukan Gandrung, sebuah pertunjukan budaya khas daerah. Tarian Jejer menunjukkan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat setelah panen, sekaligus sebagai bentuk rasa hormat kepada pengunjung atau pengamat.
Jacob, penari asal Polandia, memuji penampilan para penari Indonesia. “Pakaiannya indah dan sangat menarik. “Saya terkesan dengan kemampuan menarinya,” ujarnya sambil mendatangkan sekitar 30 penari asal Polandia.
Tari Rangkong merupakan tarian tradisional suku Dayak di Kalimantan yang menggambarkan kehidupan burung enggang yang dianggap keramat oleh masyarakat Dayak. Tarian ini mewakili filosofi kebijaksanaan batin, yaitu keselarasan antara manusia dan alam.
Selain itu, Tari Medley Nusantara merupakan pertunjukan tari yang memadukan keindahan berbagai budaya Indonesia menjadi satu kesatuan yang harmonis. Tarian ini memadukan empat tarian tradisional dari berbagai daerah, yaitu Tari Betawi, Tari Rangkong, Tari Jejer dan Hulah Tor Tor, sehingga menciptakan sebuah pengalaman yang penuh haru dan indah.
Rektor Universitas Parul Dr. Devanshu Patel menjelaskan bahwa festival tari selama tiga hari ini akan mewujudkan gaya luhur berdasarkan prinsip interaksi dan saling pengertian, mempertemukan lebih dari 700 seniman dari berbagai negara 36 dan universitas di India dan seluruh dunia.
“Para seniman ini berkumpul dalam satu platform untuk menampilkan kekayaan warisan budaya mereka melalui berbagai karya,” kata Patel.
“Saya senang bisa datang ke festival ini karena bisa menampilkan rutinitas tari Indonesia. Biasanya saya menari dengan bahasa Jawa. Panggungnya juga bagus dan dirancang dengan baik untuk pertunjukan internasional,” kata Umi Hulsum P.hD, dosen STEBI Lampung. Dia telah berpartisipasi dalam festival di Malaysia, Jepang dan Cina.
Keikutsertaan para penari ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dana Indonesia), Disbudpar Kota Tangerang, KBRI New Delhi dan KJRI Mumbai.
(dk)