JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti berencana kembali menggelar ujian nasional (UN) pada tahun ajaran baru. Rencana ini menuai keuntungan dan kerugian dari masyarakat. 1. Jawaban Ketua Panitia KS DPR
Menanggapi hal tersebut, Ketua Panitia mengatakan 2. Memperbaiki ujian nasional
Pada tahun-tahun sebelumnya, UN yang dianggap sebagai bagian dari proses standardisasi siswa, menyebabkan banyak pihak seperti orang tua, sekolah, bahkan siswa sendiri yang merasakan tekanan.
Latifa mengatakan, disepakati untuk mempertahankan ukuran kemampuan tunggal berdasarkan hasil pembelajaran seperti ujian nasional. Namun, bentuk pengukuran apa yang akan diambil masih menjadi perdebatan.
“Kami masih ingin memiliki satu ukuran hasil pembelajaran, dan kami setuju dengan hal itu.” “Apa pun caranya, kami juga ingin efektif, tapi juga tidak menimbulkan kecemasan atau stres yang tidak perlu,” ujarnya, Selasa (1/7/2025).
3. Ujian negara memberikan tekanan pada siswa
Bentuk perbaikannya adalah bagaimana membimbing anak agar termotivasi belajar tanpa adanya tekanan standarisasi dari kedua pihak. Ujian nasional ini merupakan ajang bagi siswa untuk menemukan kemampuannya, bukan untuk bersaing dan bersaing dengan orang lain.
“Sekarang anak-anak seperti harus mengikuti ujian resmi, jadi mereka belajar dengan giat ya? Jadi nanti kita ingin memotivasi anak-anak untuk belajar dari dalam,” imbuhnya.
Latifa juga menambahkan, praktik baik yang ada saat ini tentu akan terus berlanjut, namun perlu juga adanya standarisasi standar individu.
“Jadi melengkapi ciri-cirinya, bukan sekadar menggantikannya,” tegasnya.
(vpn)