DIABETES merupakan penyakit yang jumlah kasusnya terus meningkat di Indonesia dan berdampak pada jutaan nyawa. Saat ini, diperkirakan 19,5 juta orang menderita diabetes dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045.
Diabetes disebut sebagai ibu dari segala penyakit. Sebab penyakit ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi hingga berujung pada penyakit jantung.
Tak hanya itu, diabetes juga bisa memengaruhi kesehatan mental. Data IDF menyebutkan tiga dari empat penderita diabetes menderita kecemasan dan depresi. Selain itu, empat dari lima penderita diabetes mengalami kelelahan.
Ahli endokrinologi, dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD menjelaskan, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 ditemukan 36% penderita diabetes mengalami tekanan mental.
“Mereka mengalami depresi karena harus ke dokter, memeriksakan kadar gula darahnya, maka mentalnya bisa terpengaruh, malas minum obat, malas periksa (kesehatan), bahkan stres,” kata dr Rulli. . di acara tersebut. Acara peringatan Hari Diabetes Sedunia bersama Novo Nordisk Indonesia dan Kementerian Kesehatan, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, gangguan kesehatan mental seperti stres akan mendorong tubuh memproduksi hormon kortisol. Hormon kortisol bekerja secara berbeda dibandingkan insulin, yaitu hormon yang membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai energi dan mengontrol kadar gula darah.
“Stres akan melepaskan hormon kortisol, cara kerja kortisol berlawanan dengan insulin. Kemudian akan semakin meningkatkan gula darah, karena kortisol lebih tinggi,” kata dr Rulli.
Saat Anda stres, kortisol dilepaskan untuk membantu tubuh mengatasi stres dengan meningkatkan kadar glukosa darah.
Hormon ini merangsang hati untuk memproduksi glukosa lebih banyak dan menurunkan sensitivitas sel terhadap insulin. Akibatnya, kadar gula darah akan meningkat, ujarnya.
Dr Rulli menyatakan, untuk mengatasinya diperlukan pendekatan yang komprehensif. Bahkan psikiater dan psikolog akan berpartisipasi.
“Tetapi yang terpenting adalah para caregiver yaitu orang-orang disekitarnya harus memberikan aura positif kepada pasiennya, agar tidak merasa sakit kemudian merasa ditinggalkan,” ujarnya.
(qlh)